- Home >
- soal ipa BAB IV
5. Jelaskan teori lempeng tektonik secara singkat. Sebutkan dan jelaskan tiga jenis batas lempeng yang berbeda.
6. Apa yang terjadi di batas lempeng divergen? Berikan contoh tempat di bumi di mana batas ini. dapat ditemukan.
7. Bagaimana pergerakan lempeng tektonik dapat menyebabkan gempa bumi dan gunung berapi? Berikan satu contoh nyata dari setiap fenomena tersebut.
8. Apa yang dimaksud dengan siklus superkontinen? Jelaskan bagaimana siklus ini menggambarkan pergerakan lempeng tektonik selama jutaan tahun.
9.Bagaimana aktivitas lempeng tektonik di dasar laut dapat mempengaruhi kehidupan di daratan? Diskusikan dampaknya terhadap bencana alam dan formasi geografis.
jawaban:
(5)
Teori lempeng tektonik menjelaskan bahwa kerak bumi terdiri dari beberapa lempeng tektonik besar yang bergerak di atas lapisan mantel yang lebih plastis dan cair. Pergerakan lempeng-lempeng ini disebabkan oleh arus konveksi di dalam mantel bumi. Interaksi antar lempeng tektonik ini yang menyebabkan fenomena geologis seperti gempa bumi, gunung berapi, dan pembentukan pegunungan.
Terdapat tiga jenis batas lempeng yang berbeda:
1. Batas Divergen (Divergent Boundaries):
- Batas ini terjadi ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain.
- Proses ini biasanya terjadi di punggung tengah samudra, di mana magma dari mantel naik ke permukaan dan membentuk kerak samudra baru.
- Contoh: Punggung Tengah Atlantik.
2. Batas Konvergen (Convergent Boundaries):
- Batas ini terjadi ketika dua lempeng bergerak saling mendekati dan bertabrakan.
- Jenis interaksi ini dapat menghasilkan subduksi, di mana satu lempeng yang lebih berat (biasanya lempeng samudra) tenggelam di bawah lempeng yang lebih ringan (biasanya lempeng benua), atau tumbukan antara dua lempeng benua yang menghasilkan pegunungan.
- Contoh: Zona subduksi di sekitar Cincin Api Pasifik, dan pegunungan Himalaya yang terbentuk dari tumbukan antara lempeng India dan lempeng Eurasia.
3. Batas Transform (Transform Boundaries):
- Batas ini terjadi ketika dua lempeng bergerak saling bergesekan secara horizontal.
- Gerakan ini sering kali menyebabkan gempa bumi karena tekanan yang terbangun dilepaskan secara tiba-tiba.
- Contoh: Sesar San Andreas di California.
Setiap jenis batas lempeng ini memiliki ciri khas dan proses geologis yang berbeda, yang bersama-sama membentuk dinamika bumi kita.
(6)
Batas divergen terjadi ketika dua lempeng bergerak menjauh. Hal ini menyebabkan terbentuknya kerak baru dan dapat membentuk barisan pegunungan bawah laut atau lembah keretakan, seperti Punggung Bukit Atlantik Tengah
(7)
Gempa Bumi:
Pergerakan lempeng tektonik dapat menyebabkan gempa bumi ketika ada penumpukan tegangan di sepanjang batas lempeng. Saat lempeng bergerak, mereka dapat saling terkunci karena gesekan di sepanjang batas. Tegangan ini terus meningkat hingga akhirnya melebihi kekuatan gesekan yang menahan lempeng-lempeng tersebut. Ketika hal ini terjadi, energi yang tersimpan dilepaskan secara tiba-tiba dalam bentuk gelombang seismik, yang kita rasakan sebagai gempa bumi.
Contoh nyata:
Gempa bumi besar di San Francisco tahun 1906 terjadi di sepanjang Sesar San Andreas, yang merupakan batas transform antara lempeng Pasifik dan lempeng Amerika Utara. Gerakan horizontal yang tiba-tiba antara kedua lempeng ini menyebabkan gempa bumi yang menghancurkan.
Gunung Berapi:
Pergerakan lempeng tektonik dapat menyebabkan aktivitas vulkanik terutama di batas konvergen dan divergen. Di batas konvergen, subduksi lempeng samudra di bawah lempeng benua atau lempeng samudra lainnya menyebabkan melelehnya material lempeng di mantel atas, membentuk magma. Magma ini kemudian naik ke permukaan melalui retakan di kerak bumi dan membentuk gunung berapi.
Di batas divergen, seperti punggung tengah samudra, magma naik dari mantel untuk mengisi celah yang terbentuk oleh lempeng-lempeng yang bergerak menjauh satu sama lain, juga membentuk aktivitas vulkanik.
Contoh nyata:
Gunung St. Helens di negara bagian Washington, AS, adalah contoh dari gunung berapi yang terbentuk di zona subduksi. Lempeng Juan de Fuca sedang menujam di bawah lempeng Amerika Utara, menghasilkan magma yang menyebabkan letusan dahsyat pada tahun 1980.
Fenomena-fenomena ini menunjukkan bagaimana energi yang terkandung dalam pergerakan lempeng tektonik dilepaskan ke permukaan bumi, menyebabkan gempa bumi dan aktivitas vulkanik.
(8)
Siklus superkontinen adalah konsep geologi yang menggambarkan proses pembentukan, perpecahan, dan penyatuan kembali superkontinen di Bumi selama jutaan tahun. Superkontinen adalah daratan raksasa yang terdiri dari hampir semua atau semua benua yang ada di Bumi, seperti Pangaea yang terkenal.
Tahapan dalam Siklus Superkontinen
1. Pembentukan Superkontinen:
Superkontinen terbentuk ketika lempeng-lempeng tektonik bergerak dan menyatu, membentuk daratan besar yang bersatu. Proses ini bisa memakan waktu ratusan juta tahun dan melibatkan konvergensi lempeng-lempeng benua.
2. Stabilitas Superkontinen:
Setelah terbentuk, superkontinen akan berada dalam keadaan stabil untuk beberapa waktu. Pada tahap ini, aktivitas vulkanik dan tektonik mungkin relatif rendah dibandingkan dengan fase pergerakan aktif.
3. Perpecahan Superkontinen:
Karena aktivitas internal Bumi, seperti arus konveksi di dalam mantel, superkontinen mulai pecah. Ini biasanya dimulai dengan munculnya rekahan atau rift yang memisahkan bagian-bagian dari superkontinen tersebut menjadi lempeng-lempeng yang lebih kecil. Proses ini menghasilkan pembentukan cekungan samudra baru.
4. Dispersi:
Potongan-potongan superkontinen yang terpecah terus bergerak menjauh satu sama lain, membentuk samudra dan benua baru. Dispersi ini dapat menghasilkan pola-pola penyebaran benua yang kita kenal saat ini.
5. Penggabungan Kembali:
Akhirnya, melalui proses pergerakan lempeng yang berkelanjutan, benua-benua ini bisa bertabrakan lagi dan membentuk superkontinen baru. Siklus ini dimulai kembali dari tahap pertama.
Mekanisme Pergerakan Lempeng Tektonik
- Konveksi Mantel: Lempeng tektonik bergerak karena adanya arus konveksi di mantel Bumi. Material panas dari dalam Bumi naik ke atas, mendingin, dan kemudian turun kembali, menciptakan gerakan sirkulasi yang mendorong lempeng-lempeng di permukaan.
- Rift dan Mid-Ocean Ridges: Di tempat-tempat di mana mantel yang panas naik, kerak Bumi bisa retak dan membentuk rift atau mid-ocean ridges. Ini adalah daerah di mana lempeng-lempeng tektonik bergerak menjauh satu sama lain, menyebabkan pembentukan samudra baru.
- Subduksi: Di tempat lain, lempeng-lempeng bisa bertabrakan dan salah satu lempeng mungkin terbenam ke dalam mantel dalam proses yang disebut subduksi. Proses ini dapat menyebabkan pembentukan pegunungan dan vulkanisme aktif.
- Transform Faults: Selain itu, lempeng-lempeng juga bisa bergerak saling geser satu sama lain sepanjang patahan transformasi. Ini adalah garis di mana lempeng-lempeng bergerak secara horizontal satu sama lain.
Contoh Superkontinen
- Rodinia: Diperkirakan terbentuk sekitar 1,3 hingga 0,9 miliar tahun yang lalu dan mulai terpecah sekitar 750 juta tahun yang lalu.
- Pangaea: Terbentuk sekitar 335 juta tahun yang lalu dan mulai pecah sekitar 175 juta tahun yang lalu menjadi Laurasia dan Gondwana, yang kemudian pecah lebih lanjut menjadi benua-benua yang kita kenal sekarang.
Siklus superkontinen menunjukkan dinamika luar biasa dari pergerakan lempeng tektonik di Bumi dan bagaimana mereka membentuk lanskap planet kita selama eon geologis.
(9)
Aktivitas lempeng tektonik di dasar laut memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan di daratan melalui beberapa mekanisme:
Dampak Terhadap Bencana Alam:
1. Gempa Bumi dan Tsunami:
Pergerakan lempeng di dasar laut dapat menyebabkan gempa bumi di laut yang pada gilirannya dapat memicu tsunami. Tsunami ini, ketika mencapai pantai, dapat menyebabkan kerusakan parah pada properti, infrastruktur, dan bahkan kehilangan nyawa.
2. Letusan Gunung Api:
Zona subduksi di dasar laut sering kali merupakan tempat di mana lempeng tektonik bertabrakan dan satu lempeng akan terbenam di bawah yang lain. Proses ini dapat memicu letusan gunung api yang kuat, baik di bawah laut maupun di daratan, yang dapat menyebabkan bencana alam besar seperti aliran piroklastik, hujan abu, dan lahar.
3. Gempa Bawah Laut:
Selain gempa bumi yang terjadi di daratan, gempa bumi juga sering terjadi di dasar laut akibat aktivitas tektonik. Meskipun mungkin tidak langsung berdampak pada daratan, gempa bawah laut dapat menjadi pemicu bagi gempa bumi di daratan yang berpotensi merusak.
Dampak Terhadap Formasi Geografis:
1. Pembentukan Pegunungan:
Zona subduksi di dasar laut sering kali merupakan tempat di mana lempeng tektonik bertabrakan, menyebabkan tekanan dan lipatan yang pada gilirannya dapat membentuk pegunungan di daratan.
2. Pembentukan Pulau Vulkanik:
Letusan gunung berapi di dasar laut dapat menyebabkan pembentukan pulau-pulau vulkanik baru. Ketika material vulkanik menumpuk dan mencapai permukaan laut, pulau baru bisa terbentuk. Contohnya adalah Kepulauan Hawaii.
3. Perubahan Garis Pantai:
Aktivitas tektonik di dasar laut, seperti subduksi atau ekstensi, dapat menyebabkan perubahan dalam topografi bawah laut yang pada gilirannya dapat mempengaruhi garis pantai. Perubahan ini bisa berupa peningkatan atau penurunan pantai, serta pembentukan tanah baru di daratan.
Dengan demikian, aktivitas lempeng tektonik di dasar laut memiliki dampak yang luas terhadap kehidupan di daratan melalui berbagai mekanisme, baik melalui bencana alam maupun pembentukan formasi geografis baru.